WAP - Teknologi Yang Gagal

WAP disebut di mana-mana, dan dikatakan sebagai telekomunikasi akan datang. Tapi seorang analis menyebutnya sebagai omong kosong.

Tergoda pada WAP? Semak dulu pandangan kritis Paul Budde, seorang analis industri telekomunikasi.

Budde, seperti dipetik dari  ZDNet Australia, mengatakan bahwa WAP atau protokol aplikasi wayarles (wireless application protocol) sebagai satu omong kosong belaka,  mahal pula harganya, terlalu banyak batasan kandungan (isi), dan tak cukup banyak aplikasi. Dalam kes Australia, menurut Budde, ketiga hal ini bakal membantutkan WAP dari kemungkinan untuk terus berkembang dan hanya menjadi sekadar mainan.

WAP, yang disebut-sebut sebagai “Hal Besar Selanjutnya” di pasar peralatan komunikasi bergerak (mobile), menjanjikan pengguna mampu mengakses banyak hal, terutama informasi, di mana pun. Pembuat telefon selular di seluruh dunia kini berlomba-lomba melengkapi produknya dengan kemampuan yang mendukung WAP, sementara penyedia jasa kandungan informasi maupun kegiatan komersial juga tak mau kalah.

Namun, menurut Budde, kebanyakan pengguna WAP hanya boleh melihat kandungan yang disediakan oleh operator telekomunikasinya. Di Australia, dengan biaya rata-rata 20 sen seminit, hanya ada alasan kecil yang mendukung penggunaannya.

“WAP itu cuma omong kosong -– ada banyak masalah di situ. Itu kan cuma mainan buat perusahaan- perusahaan untuk belajar sesuatu. Sejauh ini tak ada satu pun aplikasi yang luar biasa,” katanya.

Budde menegaskan bahwa pernyataannya sama sekali bukan hal yang mengejutkan, karena di Jerman dan Inggris, WAP sudah gagal.

Di Australia, misalnya di layanan WAP oleh Cable & Wireless Optus (CWO), dua aplikasi paling populer adalah harga saham dan horoskop. Tapi, dengan pelanggan yang kecil, sangat sulit untuk dipastikan bahwa aplikasi itu bakal mampu menjadi daya tarik penggunaan WAP.

“Mungkin ada 5.000 pengguna [di Australia], yang berarti untuk aplikasi nomor satu mungkin ada 500 penggunanya –- Wah! Mengapa orang menggunakan WAP dan membayar tagihan 20 sen seminit hanya untuk horoskop?” Buddie menegaskan harus ada harga yang lebih murah dan aplikasi yang lebih baik agar WAP tak menemui kuburnya sendiri.

Banyak pelanggan WAP yang dibatasi, dengan bermacam cara, agar melihat hanya kandungan yang disediakan oleh portal WAP operator telekomunikasi mereka. Layanan yang tertutup dideskripsikan sebagai “taman terkungkung”, dengan wilayah di dalamnya dijaga ketat oleh penyedia jasa.

“Itu sangat menarik bagi operator telekomunikasi yang ingin mengontrol hubungan pelanggannya,” kata Adrian Rischmueller, CEO Jumbuck, sebuah startup yang mengoperasikan sebuah situs Web buat antarmuka WAP dan membuat peranti lunak mengobrol berbasis WAP.

Menurut Rischmueller, sejumlah perusahaan telekomunikasi percaya bahwa memungut biaya untuk layanan kandungan lebih menguntungkan. “Jadi, hubungan dengan pelanggan sangat penting. Tujuannya adalah mendapatkan uang dengan melayani penyediaan kandungan... Kami rasa ini skenario yang sangat tidak fair,” ujarnya.

Penyedia jasa punya alasannya sendiri. CWO mengoperasikan portal WAP-nya sebagai “taman terkungkung” berdasarkan riset terhadap pelanggan, kata general manager-nya, Finola Thompson. “Kami mungkin saja mengubahnya... tapi sejauh ini belum ada kerangka waktu untuk itu,” ujarnya.

Thompson membenarkan sejumlah mitra membayar CWO agar kandungan mereka tersedia bagi pengguna WAP. “Ada banyak model bisnisnya. Mereka membayar atau kami membayar, tergantung apa kandungannya.”

Menurut Budde, operator telekomunikasi berusaha mati-matian untuk menghasilkan uang dari WAP. Mereka, katanya, berubah menjadi portal dan berusaha mendapatkan iklan. Tapi cepat atau lambat pengiklan pasti tahu bahwa itu bakal sia-sia.

Bagi sebagian pengguna WAP, handset-nya sendiri sudah membatasi gerakan dari satu portal ke portal lainnya. Motorola T2288, misalnya, tak memungkinkan pengguna memasuki URL -– alamat di Internet. Mereka hanya bisa mengambil link yang disediakan oleh operator.

Pada Nokia 7110 tak ada batasan semacam itu, tapi pelanggan layanan WAP Telstra –- perusahaan telekomunikasi terbesar di Australia -– nyatanya tak bisa membuat hubungan karena apa yang oleh Telstra disebut sebagai masalah “lintas opersional” antara servernya dengan browser di handset.